49+ Humor Politik lucu dan kisah Sufi lucu

Gombalanmaut.com. Humor Lucu Politik dan Humor Sufi - Kisah yang mengandung unsur humor memang menarik untuk disimak. Isu yang terdengar berat dan serius pun bisa berubah jika disisipi humor di dalamnya. Humor lucu politik dan humor sufi adalah 2 jenis humor yang bisa jadi pilihan hiburan bagi kita semua.
Humor Politik lucu dan kisah Sufi lucu
image by okezone.com

Bagi yang penasaran, berikut kami siapkan beberapa humor lucu politik dan humor sufi yang sayang untuk dilewatkan.

Humor Lucu Politik

Kata kunci dalam sebuah pemilihan umum adalah “perubahan”. Para calon pemimpin selalu berjanji akan membuat perubahan jika terpilih. Kondisi ini sama dengan ilustrasi berikut.
Zaman dahulu kala ada sebuah kisah di Marinir tentang seorang letnan yang sedang memeriksa pasukannya. Ia mengatakan pada komandan mereka bahwa semua prajurit berbau busuk. Letnan itu pun menyarankan sebuah perubahan agar semua prajurit mengganti pakaian dalam mereka.
Komandan pun menjawab, “Siap, Pak! Akan segera kami lakukan.”
Ia pun lalu masuk ke dalam tenda dan berkata pada prajurit-prajuritnya, “Letnan berkata bahwa kalian semua bau busuk dan ia menginginkan perubahan agar kalian mengganti celana dalam yang kalian pakai. Budi, kau berganti dengan punya Andi! Anton, kau berganti dengan punya Iwan! Dino, kau berganti dengan punya Joko! Cepat, ganti!”
Pesan moral yang dibawa cerita ini adalah seorang calon pemimpin mungkin memang menjanjikan sebuah perubahan, tapi sayangnya bau busuknya tetap sama saja.

Quick count adalah cara perhitungan yang kerap digunakan dalam pemilu. Berikut ilustrasi mengenai quick count dan real count.
Sesaat setelah selesai makan di restoran Padang bersama keluarga besarnya, seorang bapak memanggil pelayan untuk menghitungkan tagihannya.
“Berapa semua, Mas?” tanya bapak itu.
“Apa saja yang tadi dimakan, Pak?
“Rendang, dendeng balado, gulai tunjang, ayam bakar...”
Setelah beberapa saat, pelayan itu pun menjawab, “330 ribu, Pak. Bayarnya langsung ke kasir saja.”
Bapak itu pun segera pergi ke kasir dan sesampainya di sana ia kembali mengulang semua makanan yang tadi disantapnya. Ia pun terkejut saat kasir berkata
“Semua 405 ribu, Pak.”
“Lho kok bisa? Tadi kata pelayan yang itu cuma 330 ribu. Kok beda jauh?” tanya Bapak itu.
“Oh, itu kan hitung cepat (quick count), Pak. Real count-nya ada di saya,” papar kasir itu menjelaskan.

Perbedaan pandangan politik itu biasa, namun terkadang ada yang menanggapinya secara radikal. Berikut ilustrasinya.
Ada 2 tetangga yang memiliki perbedaan pandangan politik terhadap calon presiden yang akan mereka pilih. Tak sengaja mereka pun bertemu di tengah jalan saat akan menuju tempat memilihan. Salah seorang diantara mereka berkata, “Aku tahu jika kita sudah memperdebatkan ini selama berbulan-bulan dan jelas kita akan memilih kandidat yang berbeda. Bagaimanapun juga pilihan kita akan mengalahkan satu sama lain sehingga akan memperoleh hasil seri, jadi kenapa kita tidak pulang ke rumah saja dan tidak usah memilih?”
Lawan bicaranya pun setuju. Mereka mengakhiri perdebatan, berjabat tangan, dan berpisah.
Tak jauh dari tempat itu, ada orang lain yang ternyata mendengar kesepakatan politik yang mereka buat lalu berkata, “Itu adalah kesepakatan yang sportif.”
“Tidak juga,” pria itu menjawab, “Sepanjang pagi saya sudah melakukan hal itu 7 kali.”

Seorang purnawirawan tentara gagal ikut dakam kampanye pemilihan anggota DPR karena kekurangan beberapa suara. Kemudian datanglah seorang wartawan untuk mewawancarainya.
“Menurut Bapak, lebih sulit mana antara perang dan politik?”
“Sudah tentu perang jauh lebih mudah. Asalkan kita melihat seragamnya, kita langsung tahu siapa teman kita dan siapa musuh kita.”

Suatu hari ada seseorang yang menanyakan pada perdana menteri apa syarat menjadi politikus.
“Politikus itu harus bisa meramalkan hari esok, bulan depan, tahun depan, dan beberapa hal yang mungkin akan terjadi kelak,” kata perdana menteri itu.
“Kalau ternyata sampai waktunya dan hal yang diramalkan itu tidak terwujud, bagaimana? Apa yang harus kita perbuat?” tanya orang itu lagi.
Perdana menteri pun menjawab, “Jika saat itu tiba, sudah tentu kita perlu mencari dan membuat sebuah alasan yang rasional.”

Jakarta memang langganan banjir. Di tengah banjir yang sedang melanda, para mantan gubernur pun saling berdebat. Simaklah obrolan mantan Gubernur DKI saat melakukan tinjauan ke lokasi yang terkena dampak.
Sutiyoso : “Zaman saya banjirnya gak separah ini.”
Foke : “Apalagi zaman saya. Banjirnya juga gak pernah sebesar ini.”
Jokowi : “Sudah, sudah, gak usah pada ribut. Saya akui saya yang salah, kenapa telat jadi Gubernur DKI.”

Baca juga : Teka teki Kocak

Humor Sufi


Seorang teman bertanya pada Nasruddin tentang usianya.
“Berapa umurmu?”
“Empat puluh,” jawabnya.
Temannya yang bingung mendengar jawaban itu pun kembali bertanya, “Tapi Anda mengatakan hal yang sama 2 tahun yang lalu.”
Nasruddin tersenyum dan menjawab, “Ya, karena saya selalu konsisten dengan apa yang saya katakan.”

Suatu hari Abunawas pergi ke dokter karena rahangnya sakit.
Dokter pun bertanya, “Apa yang Anda makan untuk makan siang hingga sakit begitu?”
Abunawas menjawab, “Saya hanya makan roti dan es.”
Dokter itu pun mengangguk sebelum akhirnya menjawab lagi, “Masih bagus. Sakit nyeri Anda sama sekali tidak sebanding dengan penderitaan rakyat di pinggiran sana.”

Ada seorang Darwis yang ingin belajar lebih jauh tentang kebijaksanaan hidup pada Nasrudin. Nasrudin bersedia, dengan catatan bahwa praktek nyata adalah cara terbaik mempelajari tentang kebijaksanaan. Darwis itu pun bersedia menemani Narudin untuk melihat bagaimana tingkah lakunya.
Malam itu Nasrudin menggosok-gosok kayu untuk membuat api. Api itu kemudian ditiup-tiupnya.
“Mengapa kau meniup-niup api itu?” tanyanya pada Nasrudin.
“Agar lebih panas dan apinya jadi lebih besar.”
Setelah berhasil membuat nyala api yang besar, Nasrudin pun memasak sop. Setelah matang, ia menuangkannya ke dalam dua mangkok hingga penuh. Nasrudin mengambil mangkoknya, kemudian meniup-niupnya.
“Kenapa kamu meniup sop itu?” tanya Darwis lagi.
“Agar lebih dingin jadi bisa segera dimakan,” jawab Nasrudin.
“Ah, rasanya aku tidak jadi saja belajar darimu,” tutur Darwis itu sedikit marah, “Kamu tidak konsisten dengan pengetahuanmu.”

Suatu hari seorang filsuf berkata di hadapan sekelompok orang, “Segala sesuatu yang ada haruslah dibagi sama rata.”
“Aku tak yakin pendapat itu benar,” ucap seorang pria.
“Pernahkan kamu mencoba melakukan hal itu?” tanya sang filsuf membalas.
Pria itu mengangguk, “Aku memberi istriku dan keledaiku perlakuan yang sama. Mereka sama-sama memperoleh apa yang mereka inginkan.”
“Itu bagus. Lalu bagaimana hasilnya?”
“Hasilnya adalah seekor keledai yang baik dan seorang istri yang buruk,” jawabnya sambil meratap.

Pada suatu ketika, seorang teolog jatuh sakit. Ia mendengar bahwa Nasrudin adalah seorang mistikus. Dalam keadaannya yang setengah sadar, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Ia pun akhirnya meminta bantuan Nasrudin.
“Tolong buatkan doa yang bisa membuatku memasuki dunia lain,” katanya. “Bukankah kau terkenal dalam berhubungan dengan dimensi lain?”
“Tentu saja,” kata Nasrudin. “Tuhan, tolonglah aku! Setan, tolonglah aku!”
Lupa dengan semua rasa sakit yang dideritanya, orang suci itu pun marah dan tersinggung mendengar perkataan Nasrudin, “Kau pasti sudah gila!”
“Tenanglah. Orang yang sedang berada dalam kondisi sepertimu ini, tidak akan mampu menangkap kesempatan yang ada. Jadi jika ada 2 alternatif, mari kita buktikan mana yang berhasil!”

Demikianlah humor lucu politik dan humor sufi yang sudah kami rangkum. Semoga menghibur!

Bagian Ke Dua : Kata kata humor

Erika P

Belum ada Komentar untuk "49+ Humor Politik lucu dan kisah Sufi lucu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel